Sabtu, 20 Agustus 2011

Allah Tidak Menyesatkan Suatu Kaum Kecuali Setelah Ada Penjelasan




Ketika menjelaskan tentang tingkatan-tingkatan hidayah, Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menyebutkan, salah satu di antaranya yaitu:

HIDAYAH (PETUNJUK) DALAM BENTUK PENJELASAN SECARA UMUM

Artinya, PENJELASAN TENTANG KEBENARAN dan kemampuan untuk membedakannya dari yang batil, berdasarkan dalil, bukti dan saksi-saksi penguat, sehingga lalu berubah seperti sebuah kenyataan di dalam hati, seperti sebuah kenyataan yang tampak jelas di depan mata kepala.

Tingkatan ini merupakan hujjah Allah atas makhluk-Nya. Dia tidak mengadzab dan tidak menyesatkan seseorang kecuali setelah orang tersebut mendapatkan kejelasan ini. Firman-Nya:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّى يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Dan, Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus dijauhi." (At-Taubah: 115).

Kesesatan ini merupakan hukuman bagi mereka yang datangnya dari Allah, karena Dia telah menjelaskan kepada mereka, namun mereka TIDAK MAU MENERIMA dan TIDAK MENGAMALKANNYA. Maka Allah menghukum mereka dengan cara menyesatkannya dari petunjuk.

Jadi, Allah sama sekali TIDAK MENYESATKAN SESEORANG KECUALI SETELAH ADA PENJELASAN INI (tentang hidayah atau petunjuk). Jika engkau sudah memahami hal ini, tentu engkau bisa memahami rahasia takdir, sehingga engkau tidak terasuki sekian banyak keragu-raguan dan syubhat tentang masalah ini.

Penjelasan ini ada dua macam: Penjelasan dengan ayat-ayat yang bisa didengar, dan penjelasan dengan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) yang bisa dilihat mata. Keduanya merupakan bukti dan penjelasan tentang keesaan Allah dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya. Karena itu Allah menyeru hamba-hamba-Nya lewat ayat-ayat-Nya yang bisa dibaca agar memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang bisa dilihat mata.

Karena penjelasan inilah para rasul diutus, dan pengemban sesudah para nabi adalah para ulama. Setelah ada penjelasan itu, maka Allah menyesatkan siapa pun yang dikehendaki-Nya. Allah menjelaskan (terlebih dahulu), dan (kemudian) Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya serta memberikan petunjuk kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya berdasarkan hikmah-Nya.

(Dikutip dari kitab Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah)

Di antara contoh kaum yang telah diberikan hidayah (petunjuk) oleh Allah Ta'ala tetapi mereka tidak mau menerima dan mengamalkan petunjuk dari Allah Ta'ala adalah, kaum Tsamud, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى

"Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu.." (Al Fushshilat: 17)

Adapun bagi kaum muslimin saat ini, Allah Ta'ala pun telah memberikan petunjuk-Nya agar kita tidak tersesat, yaitu dalam firman-Nya:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan MENGIKUTI JALAN YANG BUKAN JALAN ORANG-ORANG MUKMIN*, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nisaa': 115)

* (Yang dimaksud dengan "orang-orang mukmin" ketika ayat di atas diturunkan, adalah para Sahabat radhiyallahu 'anhum).

Dalam ayat tersebut, Allah Ta'ala tidak hanya memperingatkan kita agar tidak menentang Rasul saja, tapi juga memperingatkan bahwa siapa saja yang tidak mau mengikuti jalannya orang-orang mukmin, yaitu para Sahabat radhiyallahu 'anhum (di dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah), maka Allah akan biarkan ia bergelimang dalam kesesatan yang dipilihnya sendiri, wal 'iyadzu billah.

Di sisi lain, orang-orang (kaum muslimin) yang mengikuti jalannya para Sahabat radhiyallahu 'anhum dengan baik, maka keridhaan dan Surga Allah yang akan didapat. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar DAN ORANG-ORANG YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At Taubah: 100)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Pegang erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama) itu adalah bid'ah. Dan setiap bid'ah itu adalah sesat."

[Shahih. HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607), dan at-Tirmidzi (no. 2676). ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205), dan al-Hakim (I/95-96)]

Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar