Sabtu, 20 Agustus 2011

TIDAK ADA KEBAIKAN DALAM UZLAHNYA ORANG-ORANG AWAM


Uzlah yaitu mengasingkan diri dari pergaulan dengan manusia atau menyendiri (mengisolir diri). Setelah menyebutkan faidah-faidah uzlah, dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin kemudian disebutkan: Uzlah tidak lepas dari beberapa kekurangan dan keburukan. Disebabkan bahwa tujuan agama dan keduniaan yang memang membutuhkan uluran orang lain, yang tidak akan tercapai kecuali dengan bergaul dan berhubungan dengan orang lain.

Adapun faidah bergaul dengan manusia adalah:

1. Belajar dan Mengajar

Keutamaan belajar dan mengajar sudah kami sebutkan dalam bab ilmu. Siapa yang sudah mempelajari hal-hal yang fardhu, lalu dia melihat tidak banyak manfaatnya lagi untuk menggali ilmu-ilmu yang lain, dan dia berkeinginan untuk banyak melakukan ibadah, maka bolehlah dia melakukan uzlah.

Tapi orang yang seharusnya mempelajari ilmu-ilmu syari'at, lalu melakukan uzlah sebelum mempelajarinya, maka itu adalah suatu kerugian besar. Karena itu ar-Rubayii' bin Khaitsam berkata:

"Belajarlah, lalu uzlah-lah, karena ilmu itu merupakan dasar agama. Tidak ada kebaikan dalam uzlah-nya orang-orang awam."

Seorang ulama ditanya, "Apa komentar anda tentang uzlah-nya orang jahil?" Dia menjawab, "Itu sama dengan kebinasaan dan bencana." Lalu bagaimana dengan uzlah-nya orang yang berilmu?" Dia menjawab, "Engkau tak perlu mempedulikannya. Biarkan saja uzlah-nya itu. Dia sendiri yang menanggung penderitaan dan kenistaannya. Dia menolak air minum yang segar, lalu hanya memakan dahan-dahan kering hingga bersua dengan Allah."

Sedangkan mengajarkan ilmu kepada orang lain ada pahala yang besar, SELAGI NIATNYA BENAR. Tapi jika niatnya untuk mendapatkan kedudukan yang terpandang dan agar dikatakan muridnya banyak, maka hal ini JUSTRU MERUSAK AGAMA. Masalah ini sudah kami uraikan dalam bab ilmu. Pada zaman sekarang banyak guru yang mempunyai tujuan kurang bagus. Jika memang begitu niatnya, ada baiknya dia melakukan uzlah. Tapi jika ada seseorang yang datang kepadanya untuk mencari ilmu karena Allah dan karena hendak mendekatkan diri kepada-Nya, dengan cara belajar darinya, tidak boleh ia menyembunyikan ilmunya.

2. Memberi dan Mengambil Manfaat

Mengambil manfaat dari orang lain bisa lewat pekerjaan dan mu'amalah. Orang yang memang membutuhkannya terpaksa harus meninggalkan uzlah. Tapi apabila kebutuhannya sudah terpenuhi DAN MERASA TIDAK MEMBUTUHKAN MANFAAT DARI ORANG LAIN, maka uzlah lebih baik baginya, kecuali jika ada manfaat yang lebih besar dalam pekerjaannya, maka hal itu lebih baik daripada uzlah.

Tentang memberi manfaat kepada manusia, bisa dengan hartanya atau tenaganya untuk membantu kebutuhan mereka (orang lain). Siapa yang mampu berbuat seperti itu dengan berdiri pada batasan-batasan syari'at, maka hal itu lebih baik daripada uzlah, asalkan uzlah-nya itu hanya sebatas melaksanakan shalat-shalat nafilah dan amal-amal fisik.

3. Melatih Diri Sendiri dan Membimbing Orang Lain

Maksudnya adalah melatih diri menghadapi kekerasan sifat manusia, sabar menghadapi gangguan mereka, dapat menata jiwa dan menundukkan nafsu. Hal ini lebih baik daripada uzlah, BAGI ORANG YANG AKHLAKNYA BELUM TERLATIH. Tapi harus dipahami bahwa latihan ini bukan untuk kepentingan diri sendiri seperti halnya melatih hewan, tapi maksudnya adalah bagaimana engkau membuat tunggangan yang bisa engkau pergunakan untuk memotong kompas. Di dalam perjalanan ini terdapat banyak nafsu, yang jika tidak engkau singkirkan bisa membuatmu terjerembab jatuh di tengah jalan. Siapa yang sibuk melatih diri sendiri sepanjang hidupnya, sama halnya dengan orang yang melatih hewan dan tidak sekalipun dia menungganginya dan tidak pula memanfaatkannya selain dari menghindari terjangan dan sepakannya. Memang hal itu bermanfaat, TAPI BUKAN ITU TUJUANNYA.

Sedangakn membimbing orang lain, sama halnya dengan mengajarkan ilmu kepada orang lain, dengan segala resiko dan kendalanya.

4. Mendapat Pahala dan Membuat Orang Lain Mendapat Pahala

Yang pertama seperti mengunjungi orang sakit, mendatangi jenazah, mendatangi undangan dan jamuan. Di sini terdapat pahala karena menyenangkan sesama orang Mukmin. Sedangkan yang kedua seperti membuka pintu rumahnya untuk kedatangan orang lain untuk berta'ziyah, mengucapkan selamat, atau mengunjunginya. Dengan begitu mereka bisa mendapat pahala.

5. Tawadhu

Sifat ini tidak akan terwujud jika seseorang menyendiri. Boleh jadi uzlah yang dia lakukan karena munculnya kesombongan dalam dirinya sehingga menghalanginya untuk bergaul dengan manusia. Dia tidak ingin jika jika kedatangan dan keberadaannya di tempat berkumpul tidak dihormati secara layak. Dia tidak ingin bergaul dengan mereka KARENA MERASA DIRINYA HEBAT (lebih baik).

Jika engkau sudah tahu faidah-faidah uzlah dan kekurangan-kekurangannya, maka ketetapan hukum tentang uzlah tidak bisa dikatakan lebih baik dan tidak bisa dikatakan salah. Masalah ini harus dilihat per individu dan per kasus, harus dilihat siapa yang dijadikan teman bergaul, apa faktor di belakang pergaulan itu, apa faidah yang tidak tercapai dari pergaulan itu, lalu ditimbang dengan faidah yang bisa diperoleh. Dengan begini bisa diketahui mana yang lebih benar dan mana yang lebih afdhal.

Asy-Syafi'i rahimahullah berkata:

"... Tempatkan dirimu di antara mengisolir dan membuka diri. Siapa yang mencari alternatif selain ini, maka dia adalah orang yang tidak tepat, dia hanya mau tahu terhadap dirinya sendiri dan dia tidak layak membuat ketetapan bagi orang lain."

Jika ada seseorang bertanya, "Lalu apakah adab-adab uzlah itu?"

Dapat kami jawab sebagai berikut, orang yang melakukan uzlah harus berniat karena:

1. Hendak menghentikan kejahatannya kepada orang lain.
2. Mencari keselamatan dari kejahatan orang-orang yang jahat.
3. Membebaskan diri dari keburukan karena tidak mampu memenuhi hak orang-orang Muslim.
4. Hasrat yang tulus hendak beribadah kepada Allah semata.

Dalam kesendiriannya itu, dia harus:

1. Aktif mendalami ilmu dan juga beramal
2. Melakukan dzikir dan berpikir, sehingga dia benar-benar bisa memetik buah uzlah.
3. Berusaha agar manusia tidak sering mengunjunginya, agar dia bisa tekun.
4. Tidak banyak bertanya tentang keadaan mereka (orang lain), tidak mencari tahu kabar yang terjadi di dalam negeri dan apa saja yang dilakukan manusia. Sebab bagaimana pun juga hal itu akan mempengaruhi hatinya.
5. Sabar menghadapi gangguan manusia, tidak mempedulikan sanjungan karena uzlah-nya dan cacian karena dia tidak mau bergaul dengan mereka.

Uzlah tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan memutuskan ketamakan terhadap dunia. Ketamakan ini tidak bisa putus kecuali dengan memutuskan harapan kepadanya.

Dia harus mempunyai anggapan bahwa dia tidak bisa bertahan hidup hingga sore hari ketika berada di pagi hari, dan ketika di sore hari dia harus beranggapan tidak bisa bertahan hidup hingga pagi hari.

Dia harus banyak mengingat kematian dan kesendirian dalam kuburan, selagi hatinya merasa terusik karena kesendiriannya itu.

(Dikutip dengan sedikit diringkas dan penyesuaian dari kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah, Bab: Manfaat Uzlah dan Keburukannya Serta Mengungkap Mana yang Lebih Benar, penerbit Pustaka Al-Kautsar, Jakarta)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar menghadapi gangguan mereka, LEBIH BAIK daripada orang yang tidak mau bergaul dengan mereka dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka." (Diriwayatkan at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Bukhari di dalam Adabul Mufrad)

Semoga bisa kita jadikan sebagai bahan renungan bersama...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar