Sabtu, 20 Agustus 2011

MENGHORMATI YANG TUA, MENYAYANGI YANG MUDA & MENGERTI HAK ULAMA


Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:  "Sesungguhnya kalian selalu dalam kebaikan selama ilmu berada pada orang-orang yang tua dari kalian, jika ilmu berada pada yang muda dari kalian maka YANG MUDA AKAN MEMBODOHKAN YANG TUA." [Dikeluarkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd (815) dan Abdur Razzaq dalam Mushannaf-nya (11/246) dengan sanad yang shahih]

Sesungguhnya ilmu adalah agama, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Sirin (Shahih Muslim, I/78), Abdullah bin Aun (al-Faqih wal Mutafaqqih, 1134), dan al-Imam Malik (at-Tamhid, 1/67). Adapun menuntut ilmu, adalah kewajiban yang paling agung dari kewajiban-kewajiban agama. Ilmu yang wajib diketahui seorang muslim adalah ilmu yang bisa membenarkan aqidahnya, membenarkan ibadahnya, dan membenarkan amalan kesehariannya.

Menuntut ilmu wajib atas orang-orang yang bodoh, atas penuntut ilmu pemula dan senior, bahkan wajib pula atas ulama. Maka yang wajib atas setiap muslim adalah hendaknya dia menjadi penuntut ilmu , dan TETAP DALAM KEADAAN MENUNTUT ILMU SAMPAI AJAL MENJEMPUT. (Nubdzah Ilmiyyah fi Manhajis Salaf fil Ilmi wal Ulama, terbitan Markaz al-Imam al-Albani tahun 1422 H)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya, sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak."

[Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Jami'-nya (5/48), Abu Dawud dalam Sunan-nya (3/317), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1/81), dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (1/83) dan Syaikh al-Albani dalam Shahih Targhib (1/105)]

Dan beliau bersabda:

"Bukanlah termasuk golongan kami ORANG YANG TIDAK MENGHORMATI YANG TUA DARI KAMI, MENYAYANGI YANG MUDA DARI KAMI, dan MENGERTI HAK ULAMA KAMI."

[Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (5/323) dan al-Hakim dalam Mustadrak-nya (1/122), dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Targhib (1/117)]

Yang harus diperhatikan bahwa para ulama bertingkat-tingkat, jika ilmu datang dari ulama-ulama yang tua maka umat berada dalam kebaikan.

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

"Sesungguhnya kalian selalu dalam kebaikan selama ilmu berada pada orang-orang yang tua dari kalian, jika ilmu berada pada yang muda dari kalian maka YANG MUDA AKAN MEMBODOHKAN YANG TUA."

[Dikeluarkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd (815) dan Abdur Razzaq dalam Mushannaf-nya (11/246) dengan sanad yang shahih]

Bahkan kebaikan dan kerusakan agama tergantung dari hal ini, sebagaimana dikatakan oleh Umar radhiyallahu 'anhu bahwasanya dia berkata:

"Kerusakan agama adalah jika ilmu datang dari orang yang muda, karena dia akan ditentang oleh yang tua. Dan kebaikan manusia jika ilmu datang dari orang yang tua, karena dia akan diikuti oleh yang muda."

(Dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayanil Ilmi: 1055 dan 1056, dengan sanad yang hasan)

Ibnu Qutaibah berkata:

"Tidak henti-hentinya manusia dalam kebaikan di saat ULAMA MEREKA orang-orang tua, dan BUKAN ANAK-ANAK MUDA, karena orang yang sudah tua sudah hilang darinya darah muda, telah hilang darinya SIFAT KERAS, TERGESA-GESA, dan kedunguan; dia telah banyak pengetahuan dan pengalaman sehingga tidak masuk syubhat dalam ilmunya, tidak dikalahkan oleh hawa nafsu, tidak terpengaruh oleh ketamakan, tidak mudah digelincirkan oleh setan sebagaimana anak muda; dengan tambahnya usia maka tumbuhlah keagungan dan kewibawaan.

Adapun orang-orang yang muda akan lebih mudah terkena hal-hal di atas; kalau hal itu masuk padanya dan dia BERFATWA, maka dia akan BINASA dan MEMBINASAKAN."

(Mukhtashar Nashihat Ahlil Hadits oleh al-Khathib al-Baghdadi, hlm. 93, sebagaimana dalam al-Ajwibah al-Mufidah, hlm. 84)

Para manusia secara keseluruhan -para ulama, para penuntut ilmu yang senior, para penuntut ilmu yang pemula, dan orang-orang awam-, selayaknya terjadi hubungan di antara mereka yang sifatnya SALING MELENGKAPI dan BUKAN MALAH SALING MEMAKAN; mereka semua hendaknya menegakkan loyalitas keimanan di antara mereka, dari saling menasihati dalam haq dan kesabaran, saling memerintah kepada yang ma'ruf, saling melarang dari kemunkaran, melandaskan cinta dan benci, wala' dan bara' di atas agama, bukan di atas nama-nama dan label-label.

Kebahagiaan umat dan kembalinya kemuliaan mereka yang hilang tidak akan terwujud pada akhir umat ini melainkan dengan apa yang dilakukan pendahulunya, yaitu dengan berkumpul di sekitar ulama, bukan di sekitar orang-orang awam yang tidak jelas, dari pemuka-pemuka kesesatan, yang berbicara tentang agama tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan....

Demikian yang dapat saya kutip dengan sedikit diringkas dari buku "Bingkisan Istimewa Buat Para Pencari Kebenaran", karya Ustadz Arif Fathul Ulum, Lc, penerbit Pustaka Al-Furqon, Gresik.

Semoga bisa menjadi bahan renungan kita bersama dan semoga bermanfaat. Yassarallah lanal khaira haitsuma kunna....

Abu Muhammad Herman

Baca juga:

- NASIHAT PARA SALAF UNTUK DIRIKU & UNTUKMU PARA SAHABATKU
- BELAJAR TAWADHU'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar